Kamis, 04 Juni 2015


                                    Makalah Perencanaan Obat di Puskesmas 


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional (Anonim, 1992). Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya-upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Salah satu upaya pemulihan kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan pokok Puskesmas adalah pengobatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pengobatan di Puskesmas maka obat-obatan merupakan unsur yang sangat penting. Untuk itu pembangunan di bidang perobatan sangat penting pula.
Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari Puskesmas karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap biaya operasional Puskesmas, karena bahan logistik obat merupakan salah satu tempat kebocoran anggaran, sedangkan ketersediaan obat setiap saat menjadi tuntutan pelayanan kesehatan maka pengelolaan yang efesien sangat menentukan keberhasilan manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan. Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis,jumlah maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen obat dapat dipakai sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien (Anonim, 2005).
Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang efisien (Anonim, 2000).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Landasan  Teori
1.      Tinjauan Umum Tentang Obat
Obat merupakan komponen dasar suatu pelayanan kesehatan. Dengan pemberian obat, penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat kesembuhannya. Selain itu obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah berkunjung ke sarana  kesehatan baik puskesmas, rumah sakit maupun poliklinik. Obat merupakan komponen utama dalam intervensi mengatasi masalah kesehatan, maka pengadaan obat dalam pelayanan kesehatan juga merupakan indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan dalam pelayanan kesehatan (Idham, 2005).
Menurut Ansel (1989), obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati dan mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Menurut Tjay dan Rahardja (2003), obat merupakan semua zat kimiawi, hewani maupun nabati dalam  dosis yang layak menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya.
Dari segi farmakologi obat didefinisikan sebagai substansi yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan baik pada manusia maupun pada hewan. Obat merupakan faktor penunjang dalam komponen yang sangat strategis dalam pelayanan kesehatan (Widhayani, 2002).
Upaya pengobatan di puskesmas merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan pengobatan yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara yang khusus untuk keperluan tersebut (Anonim, 1992).
Menurut Anief (2003), obat dibedakan atas 7 golongan yaitu:
a.       Obat tradisional yaitu obat yang berasal dari bahan-bahan tumbuh-tumbuhan, mineral dan sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang usaha pengobatannya berdasarkan pengalaman.
b.      Obat jadi yaitu obat dalam kemasan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan F.I (Farmakope Indonesia) atau buku lain.
c.       Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
d.      Obat baru yaitu obat yang terdiri dari zat yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat misalnya lapisan, pengisi, pelarut serta pembantu atau komponen lain yang belum dikenal sehingga khasiat dan keamanannya.
e.       Obat esensial yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang meliputi diagnosa, prifilaksi terapi dan rehabilitasi.
f.       Obat generik berlogo yaitu obat yang tercantum dalam DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional) dan mutunya terjamin karena produksi sesuai dengan persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan diuji ulang oleh Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan.
g.      Obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek.
     
2.      Tinjauan Umum Tentang Manajemen
 Terry dalam Seto (2004), mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan POAC yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pengarahan) dan Controling (pengendalian).
3.      Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik Obat-obatan di Puskesmas
Logistik adalah suatu ilmu mengenai pengadaan, pemeliharaan dan penyediaan transportasi termasuk pelayanan persediaan dalam jumlah yang sangat besar kepada banyak orang di tempat-tempat yang jaraknya berjauhan. Dalam suplai mencakup semua aspek produsen, penyalur ke apotek, toko obat dan sampai pada penggunaan obat dalam hal ini adalah pasien bersangkutan.
Menurut Anonim (2003), kegiatan logistik secara umum ada 3 (tiga) tujuan yakni:
a.       Tujuan operasional adalah agar supaya tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai;
b.      Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya; dan
c.       Tujuan pengamanan dimaksudkan agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai yang sesungguhnya dapat tercermin didalam sistem akuntansi;
4.      Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Obat
Pengembangan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui Puskesmas didasarkan pada misi didirikannya Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan (Centre For Health Development ) di wilayah kerja tertentu. Puskesmas merupakan organisasi pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu (Muninjaya, 1999).
Salah satu upaya yang dilaksanakan Puskesmas adalah pengadaan peralatan dan obat-obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Mengingat pengobatan merupakan salah satu kegiatan Puskesmas maka penyediaan perlu dengan pengelolaan yang baik dan benar dari Puskesmas. Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja (Anonim, 2001).
Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersediaan obat dan kualitas pelayanan obat di Puskesmas dan sub unit pelayanan kesehatan dilingkungan Puskesmas adalah melaksanakan berbagai aspek pengelolaan obat antara lain dalam sistem manajemen informasi obat, dimana salah satu unsur penting yang ikut menentukan kebersihan seluruh rangkaian pencatatan dan pelaporan pemakaian obat (Anonim, 2000).
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam system (Anonim, 2001).
5.  Tinjauan tentang perencanaan obat
               Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat antara lain:
a. Tahap pemilihan  obat
Fungsi seleksi/ pemilihan obat adalah untuk menentukkan apakah obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola penyakit di daerah. Untuk mendapatkan pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi:
                  1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.
                 2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.
                 3. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.
                4. Hindari penggunaan kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
                5. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
           b. Tahap perhitungan kebutuhan obat
                                 Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan masing-masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan/puskesmas selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.
                                 Informasi yang didapat dari kompilasi pemakaian obat adalah:
1. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
2. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
3. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/kota.
c. Tahap perhitungan kebutuhan obat menentukkan kebutuhan obat merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di UPOPPK kabupaten/kota maupun  Unit Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi teoritis terhadap kebutuhan pengobatan.  Koordinasi dan proses  perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti diatas, diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di tiap unit pelayanan kesehatan adalah:
a.  Metode konsumsi
Metode ini dilakukan dengan menganalisis data komsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan antara lain:
      1. Pengumpulan data dan pengolahan data
      2.  Analisis data untuk informasi dan evaluasi
      3.  Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
Perhitungan perkiraan kebutuhan obat yaitu :
a)      Pemakaian nyata per tahun : jumlah obat yang dikeluarkan dengan kecukupan untuk jangka waktu 1 tahun
b)      Pemakaian rata-rata per bulan : Jumlah obat dikeluarkan dengan kecukupan untuk jangka waktu satu bulan
c)      Kekurangan jumlah obat : jumlah obat sesungguhnya yang dibutuhkan selama satu tahun.
d)     Menghitung obat yang akan datang, jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada periode sebelumnya.
SO = SK +SWK +SWT + SP
Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan rumus :
Permintaan = SO – SS
Keterangan :
SO          : Stok Optimum
SK          : Stok Kerja (Stok pada periode berjalan
SWK      : Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan
SWT      : Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu
SP           : Stop penyangga
SS           : Sisa Stok
Stok Kerja
Pemakaian rata-rata per periode distribusi
Waktu Kekosongan
Lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari
Waktu tunggu
Waktu tunggu, dihitung mulai dari permintaan obat oleh Puskesmas sampai dengan penerimaan obat di Puskesmas
Stok Penyangga
Adalah persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan kunjungan, keterlambatan, kedatangan obat. Besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara puskesmas dan instalasi farmasi kabukaten / kota
Sisa Stok
Adalah sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas pada akhir periode distribusi
Stok Optimum
Adalah stoiok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu
b.  Metode epidemiologi
Metode ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit, perkiraan kunjungan dan waktu tunggu (lead time). Langkah-langkah dalam metode ini antara lain:
      1.   Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani
      2.  Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit
      3.   Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan
      4.   Menghitung perkiraan kebutuhan obat
Kesesuaian obat yang tersedia =
∑ Jenis Obat Yang tersedia
 X 100 %
obat yang dibutuhkan untuk semua kasus sesuai standar pengobatan
      5.   Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
6.      Tinjauan Tentang Pengadaan  Obat
Permintaan/pengadaan  obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayan di puskesmas (Anonim, 2000).
7.      Tinjauan Umum Tentang Distribusi Obat
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan jumlahnya dari gudang obat di unit-unit pelayanan kesehatan termasuk penyerahan obat kepada pasien (Anonim, 2000).
Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat dan alat kesehatan kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan efektif (Anonim, 1995).
     
UPO
Kamar Obat
 
GFK
Sie                                                      Sie
 
Gambar 1. Jalur Distribusi dan Pelaporan Obat di Puskesmas Pauh
(Anonim, 1995).
Keterangan:
GFK                =  Gudang Farmasi Kabupaten/Kota
Sie                   =  Seksi
UPO                =  Unit Pelayanan Obat
                        =  Distribusi
                        =  Pelaporan
BAB III
 PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Pauh
    Puskemas Pauh merupakan puskesmas induk dengan jumlah penduduk di wilayah kerjanya sebanyak 17.868 Jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Pauh terdiri dari desa-desa yang letak geografisnya beragam yaitu :
1.        Tujuh desa di tepi Jalan Lintas Sarolangun – Jambi yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat, dengan jangkauan dari Puskesmas ke Desa-desa tersebut adalah :
v   Desa Pangedaran berjarak 13 Km
v   Desa Karang Mendapo berjarak 11 Km
v   Desa Batu Ampar berjarak 7 Km
v   Desa Batu Kucing berjarak 5 Km
v   Kel. Pauh :
o      Pauh Tengah (Ibu Kota Kecamatan) berjarak 0 Km
o      PT. Emal berjarak 25 Km
o      Pauh Seberang berjarak 2 Km
v  Desa Danau Serdang berjarak 13 Km dengan kondisi jalan tanah
v  Desa Semaran berjarak 05 Km
2.        Dua Desa di tepi aliran Sungai Merangin yang dapat di tempuh melalui jalan sungai dan jalan darat, dengan jangkauan dari desa ke Puskesmas sebagai berikut :
v  Desa Pangkal Bulian berjarak 76 Km melalui jalan darat dan apabila melalui sungai ditembuh dengan waktu 6 Jam perjalanan (pulang pergi).
v  Desa Kasang Melintang berjarak 23 Km melalui jalan darat dan apabila melalui sungai ditembuh dengan waktu 4 jam perjalanan (pulan pergi).
3.        Lima Desa di daerah terisolir yang hanya bias ditempuh melalui jalan darat yang medannya cukup sulit. Apabila musim penghujan lima desa tersebut sangat susah untuk dijangkau, karena jalan tersebut merupakan jalan tanah yang licin dan berlumpur sehingga kegiatan dan program puskesmas kurang berjalan sebagaimana mestinya. Desa tersebut antara lain :
v  Desa Lubuk Napal berjarak 34 Km
v  Desa Lamban Sigatal berjarak 40 km
v  Desa Sepintun berjarak 47 Km
v  Desa Seko Besar berjarak 46 Km
v  Desa Taman Bandung berjarak 61 Km.
Kegiatan pelayanan di Puskesmas Pauh sebagai Puskesmas perawatan meliputi beberapa program pokok seperti :
1.         KIA dan KB
2.         Gizi
3.         P2M
4.         Penyuluh Kesehatan Masyarakat
5.         Pengobatan Jalan dan Rawat Inap
6.         Kesehatan Lingkungan
7.         Kesegatan Gigi dan Mulut
8.         Laboratorium Sederhana
9.         UKS dan UKGS
B.       METODE KONSUMSI
Jumlah obat yang tersedia Puskesmas untuk pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas dibagi dengan jumlah pemakaian rata-rata obat per bulan. Jumlah jenis obat dengan jumlah minimal sama dengan waktu tunggu kedatangan obat dibagi dengan jumlah semua jenis obat yang tersedia di Puskesmas.
Data yang diperlukan antara lain :
a.         Data pemakaian obat periode sebelumnya
b.         Jumlah kunjungan resep
c.         Jadwal distribusi obat dari intalasi Farmasi Kabupaten
d.        Sisa Stock
Menghitung kebutuhan obat dengan metode konsumsi :
Pada tanggal 31 Maret 2012 di Puskesmas Pauh Kabupaten Sarolangun sisa persediaan Amoksilin kaplet 500 mg = nihil. Penerimaan selanjutnya diperkirakan bulan April 2012 sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci. Pemakaian Amoksilin 500 mg kaplet triwulan selama ini dipuskesmas adalah 300 kotak @100 kaplet.
Terjadi kekosongan obat selama 5 hari. Dengan waktu tunggu 5 hari kerja.
Perhitungan obat berdasarkan data tersebut adalah :
1.      Pemakaian per triwulan (Stok kerja) = 300 kotak @100 kaplet
2.      Sisa Stok = nihil
3.      Pemakaian rata-rata perbulan = 300 / 3 = 100 kotak @100 kaplet
4.      Pemakaian rata-rata perhari = 100 / 25 x 100 kaplet = 400 kaplet
5.      Waktu kekosongan obat = 5 hari kerja = 5x400 kaplet = 2.000 kaplet
6.      Kebutuhan waktu tunggu (5 hari) = 5 x 400 kaplet = 2.000 kaplet
7.      Stok penyangga 10% dari pemakaian rata-rata = 10/100 x 30.000= 3.000 kaplet
Rencana permintaan amoksilin kaplet 500 mg pada periode berikutnya :
a.       Stok optimum amoksilin kaplet 500 mg pada april – Juni 2012 di puskesmas pauh = SK+SWK+SWT+SP
= (30.000+2000+2000+3.000) kaplet = 37.000 kaplet, atau sama dengan 370 kotak @ 100 kaplet
b.      Permintaan kebutuhan amokxilin kaplet 500 mg periode April – Juni 2012 di Puskesmas Pauh = S0 – SS
= (37.000 – 0 ) = 37.000 Kaplet, = 370 Kotak @100 kaplet.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan dan data yang disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa 10 penyakit terbesar di Puskesmas Pauh selama Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
1.        Diare
2.        ISPA
3.        Penyakit Kulit
4.        Hipertensi
5.        Malaria
6.        Infeksi Usus
7.        Penyakit Tulang
8.        Tonsilistis
9.        Tokak Lambung
10.    Penyakit lain
Berdasarkan hasil pengamatan di Puskesmas Pauh dapat diketahui bahwa secara umum manajemen pengelolaan obat di Puskesmas Pauh sebagai berikut :
1.      Perencanaan
2.      Pengadaan/Permintaan
3.      Pendistribusian obat
4.      Penggunaan
5.      Penghapusan
Trust Rating
Not Yet Rated
blogcarimakalah.blogspot.com
Close

Tidak ada komentar:

Posting Komentar