Makalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
BAB I
PENDAHULUAN
- A. LATAR BELAKANG
Tugas bidan sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan asuhan yang tepat pada Ibu agar mampu merawat bayinya maupun dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain lagi. Juga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan Ibu pada masa itu.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas antara lain :
- Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu.
- Mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga.
- Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator.
- B. TUJUAN
- Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
- Melaksanakan skrinning secara komperehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
- Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan denagn gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat dan KB.
- Memberikan pelayanan KB.
BAB II
PEMBAHASAN
- A. PENGERTIAN
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya brkaitan saat melahirkan.
Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
- Periode immediate postpartum
- Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
- Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
- B. INVOLUSI DAN SUBINVOLUSI MASA NIFAS
- INVOLUSI
- Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan ( hincliff, 1999 )
- Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal ( Ramali, 2003 )
- Proses Involusi Uterus
Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia
- Yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
- Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih baik.
- Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.
Autolisis
- Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula.
- Faktor yang menyebabkan terjadinya autolisis apakah merupakan hormon atau enzim sampai sekarang belum diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu mengalami beser air kemih atau sering buang air kemih.
Aktifitas otot-otot
- Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus-menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan jaringan-jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.
- Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara yaitu :
- Kontraksi oleh ion kalsium
- Kontraksi yang disebabkan oleh hormon
Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling mempengaruhi satu dengan yang lain, sehingga memberikan akibat besar terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu hancurnya jaringan otot yang baru, dan mengecilnya jaringan otot yang membesar. Dengan demikian proses involusi terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula.
Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit. (Christian, 1996)
Williams menjelaskan involusi sebagai berikut :
- Involusi tidak dipengaruhi oleh absorbsi insitu, namun oleh suatu proses eksfoliasi yang sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi plasenta karena pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh perluasan dan pertumbuhan kebawah endometrium dari tepi-tepi tempat plasenta dan sebagian oleh perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan stoma yang tersisa di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta.
- Proses semacam itu akan dianggap sebagai konservatif, dan sebagai suatu ketetapan yang bijaksana sebagai bagian dari alam. Sebaiknya kesulitan besar akan dialami dalam pembuangan arteri yang mengalami obliterasi dan trombin yang mengalami organisasi, kalau mereka tetap insitu, akan segera mengubah banyak bagian dari mukosa uterus dan endometrium dibawah menjadi suatu masa jaringan parut dengan akibat bahwa setelah beberapa kehamilan tidak akan mungkin lagi untuk melaksanakan siklus perubahan yang biasa, dan karier reproduksi berakhir.
Involusi alat-alat kandungan :
- 1. Uterus
- 2. Bekas implantasi uteri
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Sarwono, 2002)
- 3. Servik
- 4. Ligamen-ligamen
- Faktor-faktor yang mempengaruhi Involusi
1. Mobilisasi dini
- Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.
2. Status gizi
- Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus.
3. Menyusui
- Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
4. Usia
- Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat involusi uterus.
5. Parietas
- Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering tereggang memerlukan waktu yang lama. (Sarwono, 2002)
- Pengukuran involusi uterus
- Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lokia. (Manuaba, 1998)
- Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua dan pengelupasan kulit pada situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi uterus, warna dan jumlah lochea. (Varney, 2004: 594)
2 SUBINVOLUSI
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.
v Subinvolusi dapat terjadi pada:
- 1. Subinvolusi uterus
Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah keukurannya.
- Tanda dan gejala
- Konsistensi uterus lembek
- Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
- Terdapat bekuan darah
- Lochea berbau menyengat
- Uterus tidak berkontraksi
- Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
- Ø Penyebab
- Terjadi infeksipada miometrium
- Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus
- Lochea rubra lebih dari 2 minggu post partum dan pengeluarannya lebih banyak dari yang diperkirakan
- Ø Terapi
- Pemberian antibiotika
- Pemberian uterotonika
- Pemberian tablet Fe
- 2. Subinvolusi tempat plasenta
- Tanda dan gejala
- Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol
- Perdarahan
- Penyebab
- Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan
- Inversio uteri sebagai akibat tarikan
- Tidak adanya regenerasi endometrium di tempat implantasi plasenta
- Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium
- 3. Subinvolusi ligamen
- Tanda dan gejala
- Ligamentum rotundum masih kendor
- Ligamen, fasia dan jaringan lat penunjang serta alat genitalia masih kendor
- Penyebab
- Terlalu sering melahirkan
- Faktor umur
- ligamen , fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang elastisitasnya.
- 4. Subinvolusi serviks
- Tanda dan gejala
2. Perdarahan
- Penyebab
- Multiparitas
- Terjadi ruptur saat persalinan
- Lemahnya elastisitas serviks
- 5. Subinvolusi lochea
- Ø Tanda dan gejala
- Perdarahan tidak sesuai dengan fase
- darah berbau menyengat
- perdarahan
- demam,menggigil
- Penyebab
- bekuan darah padaserviks
- uterus tidak berkontraksi
- posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
- tidakmobilisasi
- robekan jalan lahir
- infeksi
- 6. Subinvolusi Vukva dan Vagina
- Ø Tandadan gejala
- Vulvadan vagina kemerahan
- Terlihat oedem
- Konsistensilembek
- Ø Penyebab
- Elastisitas vulva dan vagina lemah
- Infeksi
- Terjadi robekan vulvadan vagina saat partus
- Ekstrasi cunam
- 7. Subinvolusi perineum
- Tanda dan gejala
- Perineumterlihat kemerahan
- Konsistensi lembek
- Oedeem
- Penyebab
- Tonus otot perineum sudah lemah
- Kurangnya elastisitas perineum
- Infeksi
- Pemotongan benang catgut terlalu pendeksat laserasi sehingga jahitan perineum putus.
- Status gizi ibu nifas buruk
- Ibu tidakmenusui bayinya
- Kurang mobilisasi
- Faktor usia
- Parietas
- Terdapat bekuan darah yang tidak keluar
- Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta dalamuterus
- Tidak ada kontraksi
- infeksi
- C. TAHAPAN PERUBAHAN LOCHEA
Proses keluarnya lochea terdiri atas 4 tahapan :
- Lochia lubra ( cruenta ) : berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel –sel desidua ( decidua, yaitu selaput lendir rahim dalam keadaan hamil ), vernix caseosa ( yaitu palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel – sel epitel, yang menyelimuti kulit janin ), lanugo ( yaitu bulu halus pada anak yang baru lahir ), dan meconium ( yaitu isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman ), selama 2 hari pasca persalinan.
- Lochia sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3 -7 pasca persalinan.
- Lochia serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada harimke 7 – 14 pasca persalinan.
- Lochia alba: cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu.
terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika
bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau
busuk yang menandakan adanya infeksi.
Selain itu, kita juga harus bisa mengenali jika terjadi tanda ketidaknormalan pada Lochia yaitu berupa keluarnya cairan seperti nanah dan berbau busuk, Lochia yang seperti ini disebut Lochea Purulenta. Loche Purulenta ini muncul jika terjadi infeksi. Di samping Lochea Purulenta dapat juga terjadi suatu keadaan dimana pengeluaran Lochea tidak lancar. Lochea ini disebut Lochea statis.
Klasifikasi Lochea :
Lokia | Waktu | Warna | Ciri-ciri |
Rubra | 1-4 hari | Merah kehitaman | Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah |
Sanguilenta | 4-7 hari | Putih bercampur merah | Sisa darah bercampur lendir |
Serosa | 7-14 hari | Kekuningan/ kecoklatan | Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta |
Alba | >14 hari | Putih | Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. |
- D. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS
- Perubahan sistem kardiovaskuler dan hematologis
Peningkatan volume darah pada akhir tekanan diastolik (Trimester II, awal Trimester III)
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output)meningkat sampai 30-50%.
Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncak pada usia kehamilan 16-28 minggu
Oleh karena curah jantung meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70x/menit menjadi 80-90x/menit).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung akan menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung.
Selama persalinan, curah jantung meningkat sebesar 30%. Setelah persalinan menurun sampai 15-25% di atas batas kehamilan.lalu secara perlahan kembali ke batas kehamilan.
Pada Ibu dengan penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan decompensate cordis. Yaitu suatu keadaan patofisiologi dimana sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim. Janin yang terus tumbuh menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah Ibu
Saat ibu melakukan aktivitas/olahraga, curah jantung, denyut jantung, dan laju pernapasan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang sedang tidak hamil.
Pada Ibu Hamil, nadi dan tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester 2, kemudian akan naik lagi seperti masa pra-kehamilan. Tekanan vena pada ekstremitas atas dan bawah dalam batas-batas normal, namun cenderung naik setelah trimester pertama. Nadi biasanya naik menjadi 84x/menit.
Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun, tetapi akan kembali normal pada trimester ketiga. Selama kehamilan volume darah pada peredaran meningkat sampai 50%, tapi jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat 25-30%.
- Sel darah merah
- Sel darah Putih
- Protein Darah
- Plasma Darah
- Hb
Akibat dari perubahan-perubahan di atas adalah :
- Kebutuhan suplai Fe kepada ibu hamil meningkat sekitar 500 mg/ hari
- Ibu hamil sering lebih cepat mengalami kelelahan dalam beraktifitas
- Bengkak pada tungkai bawah, namun hati-hati bila pembengkakan berlebihan dan terjadi di tangan atau muka karena bisa merupakan gejala pre eklampsi.
- Terjadinya anemia fisiologis ( keadaan normal Hb 12 gr% dan hematokrit 35 %)
- Perubahan sistem pencernaan
- Perubahan sistem ekskresi
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.
- Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
- · Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
- Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
- Hemostatis internal
- Keseimbangan asam basa tubuh
- Pengeluaran sisa metabolisma
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain:
- Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
- Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
- Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy).
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.
- E. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA NIFAS
Beberapa factor yang berperan dalam penyesuaian ibu antara lain :
- Dukungan keluarga dan teman
- Pengalaman waktu melhirkan, harapan dan aspirasi
- Pengalaman merawat dan membesarkan anak sebelumnya
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
- Fungsi menjadi orang tua
- Respon dan dukungan dari keluarga
- Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
- Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
- Fase taking in
Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :
- Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lainnya.
- Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.
- Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
- Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasakan tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
- Fase taking hold
- Fase letting go
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
- Fisik. Meliputi : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
- Psikologi. Dukungan dari keluarga sangat diperlukan dalam hal ini
- Sosial. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian
- Psikososial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar